Kamis, 31 Maret 2016

Rekap PKMI BBIHP Makassar, Permen Cokelat

LEMBAR ISIAN KEGIATAN

Pokok Bahasan         : Permen Cokelat
Sub Pokok Bahasan  : Milk dan Dark Chocolate
Uraian Kegiatan        : Pemastaan  dan Tempering
Tanggal Kegiatan      : 23 Maret - 29 April 2015
Tempat Kegiatan      : Rumah Coklat BBIHP Makassar
Tujuan Kegiatan:
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat permen cokelat.
Alat dan Bahan:
Alat:
-       Alat conching
-       Tempering
-       Kulkas
-       Timbangan
-       Cetakan cokelat
-       Spatula
-       Talenan
-       Kemasan aluminium foil dan kertas
Bahan:
-       Pasta cokelat      : 24,4%
-       Lemak kakao     : 26,4%
-       Susu                   : 21,95%
-       Gula pasir          : 26,8%
-       Vanili                 : 0,1%
-       Garam                : 0,05%
-       Lesitin                : 0,3%



Prosedur Kerja :
Alat dan bahan disiapkan, pasta cokelat dan lemak dipotong kecil-kecil. Semua bahan dimasukan ke dalam alat pemasta selama 4 jam, kemudian dicetak dengan menggunakan talenan. Adonan permen cokelat dimasukan ke dalam alat tempering. Dicetakan dengan menggunakan cetakan cokelat. Dimasukan ke dalam kulkas. Setelah padat permen cokelat dikemas dengan menggunakan kemasan aluminium foil.




Hasil dan Pembahasan :
Permen cokelat atau soft candy merupakan produk hasil olahan biji kakao yang mempunyai tekstur lembut dan rasa yang mempunyai tekstur lembut dan rasa manis. Pada dasarnya produk cokelat yang digunakan dalam pembuatan permen berfungsi sebagai bahan perasa dan sebagai pelapis (coating).       (Alikonis 1980).
Karakteristik yang harus dimiliki pada produk permen cokelat adalah sifat fisiknya, mempunyai penampakan yang baik, mengkilap, permukaannya licin, serta pada suhu kamar harus memadat dan pada suhu rongga mulut (-37oC) dapat meleleh. Selain itu emulsi lemak harus stabil selama penyimpanannya sehingga tidak terjadi proses migrasi lemak ke permukaan produk (Afoakwa et al. 2009 dan Sukendar 2008).
Migrasi lemak ke permukaan produk sering disebut fat bloom. Gejala ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih atau keabu-abuan pada permukaan permen. Salah satu penyebabnya akibat tidak dilakukannya tempering atau dilakukan dengan tidak benar. Penambahan emulsifier misalnya lesitin, dapat mengurangi terjadinya fat bloom (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Adonan permen cokelat dibuat dari campuran pasta cokelat, lemak, gula pasir, susu, dan bahan lain sebagai penambah rasa seperti vanili dengan perbandingan tertentu, untuk mendapatkan penampilan yang baik (mengkilap), adonan cokelat tersebut perlu ditambah lesitin. Penambahan lesitin membuat adonan cokelat menjadi lebih ringan karena kekentalannya menjadi sedikit lebih rendah.
Lemak kakao adalah lemak yang diperoleh dari dari biji kakao (nib) yang difermentasi atau tidak difermentasi. Lemak kakao memiliki sifat stabil, mengandung antioksidan alami yang dapat mencegah ketengikan dan mempunyai masa simpan yang panjang yaitu 2-5 tahun, mempunyai titik leleh sekitar      34oC-38oC, berbentuk padat suhu ruang, tetapi mencair pada suhu tubuh      (Anonim, 2007)
Pembuatan permen cokelat dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan-bahan adonan permen cokelat di dalam alat universal conching sampai homogen. Proses conching adalah proses pematangan dan penghalusan pada suhu 70oC selama 4 jam. Vanili dan lesitin ditambahkan ke dalam adonan 30 menit sebelum proses conching berakhir. Setelah proses conching adonan ditempering sesuai dengan suhu tempering. Proses tempering dilakukan untuk mendapatkan produk permen cokelat yang mempunyai penampilan fisik yang yang mengkilap. Proses tempering melalui tiga tahap yaitu pemanasan pada suhu pemanasan 42oC, pendinginan 32,2oC dan, pendinginan lanjutan 31,5oC untuk dark chocolate dan 30,4oC untuk milk chocolate. Waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan adonan permen cokelat yaitu 6 menit, dari proses pemanasan ke pendinginan yaitu         12 menit dan dari proses pendinginan ke pendinginan lanjutan yaitu 2 menit.
Pencetakan bertujuan untuk memperoleh permen cokelat dengan bentuk, kenampakan, dan ukuran yang menarik. Proses pencetakan dapat dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan sebagai berikut. Setelah pengisian, cetakan diletakkan di atas meja getar untuk mengeluarkan udara dari adonan. Untuk memadatkan adonan, cetakan dimasukkan ke dalam ruang pendingin.
Permen cokelat dilepas secara mekanis dengan cara membalik cetakan. Permen cokelat sebaiknya disimpan selama 12-24 jam pada suhu 15,5-21oC, sebelum pengemasan agar permen cokelat tidak rusak atau patah selama proses pengemasan.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil olahan akhir dari pengaruh lingkungan, sehingga mutu hasil olahan tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Pembungkus yang baik untuk permen cokelat adalah aluminium foil.
Kesimpulan :
Secara garis beras tahapan pembuatan permen cokelat yaitu; conching, tempering, pencetakan dan pengemasan. Proses conching merupakan proses penting dalam pengolahan produk cokelat. Tempering dilakukan untuk memperoleh cokelat yang stabil. Pengemasan bertujuan untuk menjaga mutu permen cokelat tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Kemasan yang baik untuk permen cokelat adalah aluminium foil.
Daftar Pustaka :
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.
T. Wahyudi, T.R Panggabean, Pujiyanto, 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Rekap PKMI BBIHP Makassar, Pasta Cokelat

LEMBAR ISIAN KEGIATAN

Pokok Bahasan         : Pasta Cokelat
Sub Pokok Bahasan  : Tempering
Uraian Kegiatan        : Pemotongan, Pencetakan, dan Pemadatan
Tanggal Kegiatan      : 11 Februari - 15 April 2015
Tempat Kegiatan      : Rumah Cokelat BBIHP Makassar
Tujuan Kegiatan:
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki mutu pasta cokelat dengan menggunakan alat tempering.
Alat dan Bahan:
Alat
-       Alat pengering (hand dryer)
-       Alat tempering
-       Pisau
-       Timbangan
-       Talenan stainless steel dan plastik
-       Spatula
-       Sendok stainless steel
-       Kulkas
Bahan
-        Pasta cokelat
Prosedur Kerja :
Alat dan  bahan disiapkan, semua alat yang digunakan dikeringkan. Pasta cokelat dipotong kecil-kecil, dimasukan ke dalam tempering. Proses tempering melalui tiga tahap yaitu pemanasan, pendinginan dan pendinginan lanjutan. Pasta cokelat dicetak pada suhu 31,5oC. Dimasukan ke dalam kulkas. Pasta cokelat yang telah padat kemudian dikemas dengan menggunakan kemasan plastik.




Hasil dan Pembahasan :
Hasil dari kegiatan ini yaitu pasta cokelat yang memiliki tampilan yang sangat baik. Tempering  berfungsi untuk menghomogenisasikan kristal-kristal alpa (α), gamma (γ), dan beta (β) pada dark chocolate untuk memperbaiki tampilan dark chocolate.
Tempering dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perubahan bentuk kristal pada lemak karena jika tidak dilakukan tempering maka bentuk kristal lemak tidak stabil sehingga cokelat yang dihasilkan akan mudah meleleh (Minifie, 1999).
Pada tahap awal suhu ruang tempering dikondisikan sehingga adonan cokelat meningkat dari 33oC menjadi 48oC selama kurang lebih 10-12 menit. Pada tahap ini diharapkan seluruh kristal lemak di dalam adona akan mencair. Selanjutnya proses pendinginan awal, suhu adonan diturunkan menjadi 33oC, pada tahap ini kristal lemak belum terbentuk. Proses pendinginan yang kurang tepat dapat menyebabkan warna permukaan cokelat berubah kurang menarik (blooming/kristal lemak atau gula yang terdifusi ke permukaan cokelat). Proses pendinginan dilanjutkan sampai suhu adonan mencapai 26oC. Selanjutnya dipanaskan ulang hingga mencapai 33oC saat adonan akan dicetak.
Tempering dan pencetakan. Sebelum dicetak, dark chocolate melewati proses tempering. Proses tempering terdiri dari tiga tahap yaitu pemanasan, pendinginan dan pendinginan lanjutan. Suhu bahan pada proses tempering yaitu pemansan 42,2oC, pendinginan 32,2oC, dan pendinginan lanjutan untuk 31,5oC pada suhu ini dark chocolate siap untuk dicetak.
Kesimpulan :
Kegiatan ini menghasilkan pasta cokelat yang memiliki tampilan yang lebih baik melalui proses tempering.
Daftar Pustaka :
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.

Rekap PKMI BBIHP Makassar, Pasta Cokelat

LEMBAR ISIAN KEGIATAN
Pokok Bahasan         : Pasta cokelat
Sub Pokok Bahasan  : Pemastaan
Uraian Kegiatan        : Penimbangan, Pemastaan, Pencetakan, Pemadatan
Tanggal Kegiatan      : 9-20 Maret 2015
Tempat Kegiatan      : Rumah Coklat BBIHP Makassar
Tujuan Kegiatan:
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat pasta cokelat.
Alat dan Bahan:
Alat:
-       Universal conching tipe mancyntire system
-       Timbangan
-       Talenan
-       Spatula
Bahan
-       Nib biji kakao
Prosedur Kerja :
Disiapkan bahan yaitu nib biji kakao sebanyak 20 kg, dimasukan ke dalam conching, selama 4 jam nib telah tercampur secara homogen, mesin dimatikan kemudian dicetak dengan menggunakan talenan. Disimpan di ruang di ruang dingin sebelum diproses lebih lanjut menjadi beberapa jenis produk.



Hasil dan Pembahasan :
Conching adalah proses menguleni atau smoothing. Proses peghalusan (conching) adalah proses pencampuran untuk menghasilkan cokelat dengan falvor yang baik dan tekstur yang halus. Conching adalah suatu proses yang betujuan untuk menguapkan sebagian asam yang tidak diinginkan dalam cokelat.
Pada kegiatan ini menghasilkan pasta cokelat. Pasta cokelat dikenal juga sebagi chocolate paste atau chocolate mass yang merupakan hasil setengah jadi. Bahan baku yang digunakan yaitu nib kakao yang telah melewati proses penyangraian dan pengupasan biji kakao. Nib yang merupakan komponen yang berguna untuk bahan pangan. Banyaknya nib yang digunakan dalam satu kali proses pemastaan yaitu 20 kg. Proses conching adalah proses pematangan dan penghalusan pada suhu 70oC selama 4 jam.
Kesimpulan :
Kegiatan pemastaan untuk menghasilkan pasta cokelat dari bahan baku nib. Proses conching adalah proses pematangan dan penghalusan pada suhu 70oC selama 4 jam.
Daftar Pustaka :
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.

Rekap PKMI BBIHP Makassar Pengupasan Biji Kakao

LEMBAR ISIAN KEGIATAN
Pokok Bahasan         : Biji Kakao
Sub Pokok Bahasan  : Pengupasan Biji Kakao
Uraian Kegiatan        : Nib
Tanggal Kegiatan      : 24-26 Februari 2015
Tempat Kegiatan      : BBIHP Makassar
Tujuan Kegiatan:
Kagiatan pengupasan biji kakao kering bertujuan untuk memisahkan antara kulit dan nib.
Alat dan Bahan:
Alat:
-       Mesin winnowing
-       Panci stainless steel
-       Ember
-       Timbangan
-       Talenan
-       Tapis
-       Kipas angin
Bahan:
-       Biji kakao kering
Prosedur Kerja:
Biji kakao dimasukan ke dalam alat winnowing. Hasil dari pengupasan berupa nib dan kulit. Nib yang masih mengandung kulit dalam jumah yang minimum dan kulit kakao ditimbang. Nib yang masih mengandung kulit biji dibersihkan dengan menggunakan alat tapis dan kipas angin. Nib yang telah bersih ditimbang kembali.

Hasil dan Pembahasan :
Biji kakao sangrai mengandung 10-15% nib tergantung dari sumbernya dan 1% kulit. Adanya sejumlah kulit dalam cokelat akan mempengaruhi warna dan flavor, mengurangi keefektifan penghalusan. Pembuatan cokelat dari biji kakao yang masih mempunyai kulit lebih pahit daripada biji kakao yang tidak ada kulitnya.
Komponen biji kakao yang berguna untuk bahan pangan adalah nib, sedangkan kulit merupakan limbah yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak. Proses pemisahan nib dari kulitnya dapat dilakukan baik secara mekanis maupun secara manual. Biji kakao yang telah disangrai dengan baik, mempunyai tekstur kulit yang rapuh sehingga mudah dikupas dengan tangan atau menggunakan pisau cutter.
Kegiatan pemisahan kulit biji dilakukan dengan menggunakan mesin khusus pengupas biji kakao (winnowing). Alat winnowing berfungsi untuk mengupas biji kakao dan memisahkan antara biji kakao dan kulit. Proses pengupasan memperkecil ukuran kakao, sehingga dengan sendirinya kulit biji akan terlepas dari daging biji yang telah di roasting. Prinsip pemisahan pada pengupas kulit (winnowing) tergantung pada perbedaan berat jenis antara nib dan kulit. Mesin pengupas penggunaannya merupakan kombinasi antara pengayakan dan penghembusan dengan udara. Hasil dari pengupasan adalah nib yang kandungan kulitnya sedikit, dan bagian dari kulit.
Kesimpulan :
Pengupasan kulit menghasilkan nib dan kulit biji. Nib merupakan komponen biji yang berguna untuk bahan pangan, sedangkan kulit biji merupakan limbah yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak.
Daftar Pustaka :
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.



Selasa, 29 Maret 2016

Rekap PKMI BBIHP Makassar Penyangraian

LEMBAR ISIAN KEGIATAN

Pokok Bahasan         : Biji Kakao Kering
Sub Pokok Bahasan  : Penyangraian
Uraian Kegiatan        : Penyangraian dan Penyimpanan
Tanggal Kegiatan      : 16-18  Februari 2015

Tempat Kegiatan      : BBIHP Makassar

Tujuan Kegiatan:
Kegiatan ini bertujuan untuk menyangrai biji kakao.
Alat dan Bahan:
Alat:
-       Penyangraian tipe TC-20
-       Kompor gas
-       Baskom
-       Jarring/para-para
Bahan:
-       Biji kakao kering
Prosedur Kerja:
Alat sangrai dipanaskan dalam kondisi kosong sampai mencapai suhu setting yaitu 140oC. Sebanyak 20 kg biji kakao dimasukan ke dalam alat sangrai, selama 30 menit setelah semua biji kakao masuk ke dalam alat sangrai. Setelah disangrai dengan segera biji kakao didinginkan.




Hasil dan Pembahasan :
Penyangraian adalah tahap awal yang penting untuk pembuatan cokelat dan merupakan proses yang harus benar-benar diperhatikan untuk menghasilkan produk cokelat yang bermutu baik.
Hasil dari kegiatan penyangraian biji kakao yaitu terbentuknya aroma khas coklat dari biji kakao dengan perlakuan panas. Proses penyangraian dilakukan dengan suhu setting 140oC. Lama proses penyangraian yaitu 30 menit. Biji kakao yang telah disangrai secepatnya didinginkan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan yang dapat menyebabkan biji hangus disertai kerusakan warna dan citarasa.
Selama proses penyangraian akan terjadi beberapa perubahan yaitu; perubahan-perubahan calon citarasa yang terbentuk pada waktu fermentasi menjadi citarasa dan aroma khas cokelat yang diinginkan, perubahan-perubahan tekstur pada kulit biji sehinga memudahkan pengupasan kulit, penambahan warna, dan  kehilangan kandungan air.
Kesimpulan :
Penyangraian biji kakao yaitu mengubah tekstur pada kulit biji untuk memudahkan proses pengupasan, menghasilkan biji kakao yang mempunyai aroma khas cokelat dan mengurangi kadar air.
Daftar Pustaka :
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar.

Selasa, 01 Maret 2016

Rekap PKMI BBIHP Makassar Pengenalan BBIHP

REKAPITULASI PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA MAGANG INDUSTRI MAHASISWA (PKMI)

OLEH

NAMA                 : RESKY ALVIONITA PUTRI
NIM                     : 1122336
BIDANG PKP     : PERKEBUNAN

LOKASI              : MAKASSAR, SULAWESI SELATAN

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGEKP
2015

LEMBAR ISIAN KEGIATAN

Pokok Bahasan         : Profil BBIHP MakassarSub Pokok Bahasan  : Pengenalan BBIHP MakassarUraian Kegiatan        : Latar Belakang, Visi dan MisiTanggal Kegiatan      : 2-10 Februari 2015Tempat Kegiatan      : Perpustakaan BBIHP Makassar
Tujuan Kegiatan:
Pengenalan, mengetahui profil dan lokasi BBIHP Makassar.
Prosedur Kerja :
Memasuki kantor BBIHP, mendengarkan penjelasan singkat.
Hasil dan Pembahasan :
A.           Lokasi BBIHP Makassar
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar beralamat di Jl. Racing Center No. 28, Jl. Prof Abdurahman Basalamah No. 28 Makassar 90231.
B.            Sejarah Singkat
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) adalah lembaga pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan di bawah Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian. Lembaga tersebut didirikan pada tahun 1947 dengan nama “Laboratorium Voor Schelkunding Onderzook”, sebagai cabang dari Laboratorium Pusat di Bogor. Pada tahun 1952 nama lembaga ini berubah menjadi Balai Penyelidikan Kimia Cabang Makassar dan pada      tahun 1961 berubah menjadi Balai Penelitian Kimia. Selanjutnya pada tahun 1980 institusi direorganisasi menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Ujung Pandang. Reorganisasi kembali terjadi pada tahun 2002 menjadi          Balai Besar Industri Hasil Perkebunan.

C.           Visi dan Misi
Visi
Menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan dan Peyediaan Layanan Jasa Teknis yang Unggul dan Terdepan.
Misi
a.    Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang inovatif dan berorientasi pada kebutuhan industri.
b.    Meningkatkan pelayanan jasa teknis yang berkualitas dan profesional.
c.    Memperluas jejaring dengan industri dan lembaga terkait lainnya.
D.           Tujuan BBIHP Makassar
BBIHP mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri hasil perkebunan, dan menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain memberikan pelayanan jasa teknis penelitian dan pengembangan industri hasil perkebunan; rancang bangun dan perekayasaan, standardisasi; pengujian, kalibrasi, sertifikasi, konsultasi dan pelatihan.
Penelitian dan Pengembangan: Kegiatan Litbag difokuskan pada:
1.    Pemanfaatan sumber daya berbasis komoditi perkebunan seperti kakao, kopi, kemiri, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, mente, lada, vanili dan jarak untuk menaikkan nilai tambah komoditi tersebut.
2.  Inovasi teknologi bahan baku termasuk gugus-gugus fungsionalnya, bahan subsititusi impor, proses dan produk.
3.    Rancang bangun dan perekayasaan mesin peralatan pengolahan komoditi hasil perkebunan.
4.    Pengolahan dan pemanfaatan limbah industri hasil perkebunan.
Standardisasi: Kegiatan ini meliputi rancangan, penerapan, pengawasan dan revisi standar SNI industri hasil perkebunan, khususnya untuk metode uji dan standar kualitas. Standar ini difokuskan pada bahan baku, bahan pembantu dan produk.
Pengujian: Laboratorium pengujian BBIHP Makassar sudah berpengalaman dalam memberikan jasa pengujian mutu bahan baku, bahan pembantu, produk, dan limbah industri dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri atau Standar Internasional lainnya. Laboratorium Pengujian sejak 19 Juli 2012 mendapat sertifikat akreditas SNI ISO/ICE 17025 : 2008 (LP-110-IDN) dari Komite Akreditas Nasional (KAN) Badan Sertifikasi Nasional.
Kemampuan dan lingkup pengujian yang dimiliki:
1.    Pengujian mutu produk makanan dan minuman: AMDK, garam konsumsi beryodium, mi instan, tepung terigu, gula pasir, gula rafinasi, biskuit, udang beku, abon, minyak goreng, kecap, saus, kopi bubuk, kakao bubuk, sirop, minuman beralkohol, dan lain-lain.
2.      Pengujian mutu produk kimia: pupuk, semen portland, dan kapur tohor.
3.  Pengujian mutu produk bahan bangunan: batu bata, paving stone, genteng, marmer, baja lembaran lapis seng, baja tulangan beton, batu-batuan, besi, kayu lapis, dan balok kayu.
4.    Pengujian mutu bahan baku hasil perkebunan dan pertanian: biji kakao, biji kopi, biji jagung, geplek, kemiri, dan bungkil kopra.
5.      Pengujian limbah: emisi, udara ambient, cair, padatan, dan B3.
6.      Pengujian kualitas air permukaan: air baku, sumur, sungai, danau, dan laut.
Sertifikasi: Lembaga sertifikasi produk BBIHP “LSPro BBIHP Makassar” memberikan layanan sertifikasi bagi kepastian mutu produk dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI).
Ruang lingkup sertifikasi:
1.      SNI 01-3351-2000: Mi instan.
2.      SNI 01-3553-1996: Air dalam kemasan.
3.      SNI 01-3556-2000: Gram konsumsi beryodium.
4.      SNI 01-3751-2000: Tepung terigu sebagai bahan makanan.
5.      SNI 02-2801-1998: Pupuk urea.
6.      SNI 02-2803-2000: Pupuk NPK padat.
7.      SNI 02-3769-1995: Pupuk SP-36.
Konsultasi: Penyusunan dan penerapan dokumen; pengujian atau kalibrasi sesuai SNI ISO 9001: 2008 untuk industri; cara produksi makanan yang baik/GMP untuk industri makanan dan minuman; dan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI untuk industri.
Perpustakaan: Perpustakaan BBIHP mempunyai koleksi buku sekitar 3000 judul termasuk textbook, jurnal litbang, standardisasi dan lain-lain. Untuk mensosialisasikan hasil-hasil litbang dan perguruan tinggi, BBIHP menerbitkan Jurnal Industri Hasil Perkebunan (JIHP).
Kalibrasi: Kalibrasi peralatan ukur laboratorium dan instrumen bertujuan untuk menjamin keakuratan pengukuran yang tinggi. Laboratoium kalibrasi BBIHP Makassar sejak 21 juli 2011 mendapat sertifikasi akreditas SNI ISO/IEC 17025: 2008 (LK-139-IDN) dari Komite Akreditas Nasional (KAN) Badan Standardisasi Nasional dengan layanan jasa kalibrasi antara lain:
1.    Timbangan elektronik      8. Pipet volum
2.    Oven                                9. Pipet ukur
3.    Tanur                             10. Gelas ukur
4.    Waterbath                      11. pH meter
5.    Inkubator                       12. Turbidy meter
6.    Buret                              13. TDS meter
7.    Labu ukur                      14. Peralatan ukur/instrumen lainnya
Pelatihan: Tujuan pelatihan adalah untuk mentrasfer pengetahuan dan teknolgi tertentu kepada tenaga kerja industri dan perajin untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Jenis pelatihan yang disediakan sebagai berikut:
1.    Manajemen dan teknologi pengolahan dari industri hasil perkebunan.
2.    Pencegahan polusi dan teknologi pengolahan limbah.
3.    Sistem manajemen, seperti ISO 17025 (laboratorium), ISO 9001 (mutu), HACCP (keamanan pangan) dan ISO 14000 (lingkungan).
4.    Standardisasi dan penerapan SNI. 
E.            Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar tercantum pada bagian berikut:
Sumber: Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar, 2015